Mengapa Umumnya Pelajar Mengeluh Bahwa Pembelajaran Daring Itu Melelahkan ?

Rizky Ramadhana
5 min readJul 25, 2021
Ilustrasi bosannya mengikuti pembelajaran daring. Sumber : pixabay

Awal Mula

Dalam dua tahun ke belakang, pelajar dipaksa untuk beradaptasi dengan sistem pembelajaran yang baru, pembelajaran daring yang tidak mengharuskan adanya tatap muka. Walaupun sudah berjalan selama dua tahun, masih banyak saja pelajar yang merasa sulit beradaptasi dengan sistem pembelajaran ini.

Padahal, saya pribadi percaya pembelajaran daring (atau secara umum pembelajaran yang tidak mengharuskan pengajar dan siswa berada di tempat yang sama) adalah masa depan pendidikan di Indonesia. Dengan model pembelajaran seperti ini, sumber daya yang dibutuhkan jauh lebih kecil. Hal ini menjadi penting mengingat luasnya wilayah Indonesia. Model pembelajaran seperti ini bisa digandakan tanpa perlu menggandakan pula sumber daya yang diperlukan. Sebagai contoh, guru A bisa merancang sebuah proses pembelajaran yang bisa berjalan tanpa kehadirannya secara langsung (entah dalam bentuk video rekaman, gim interaktif, atau bentuk lainnya). Media yang sama bisa digunakan dan disebarkan secara luas ke Aceh sampai Papua tanpa perlu menggandakan jumlah guru yang setara dengan guru A tersebut. Sehingga, masalah kelelahan yang dihadapi oleh pelajar merupakan masalah yang serius menurut pandangan saya dan harus dicari akar masalah serta solusinya bersama-sama.

Mencari Akar Masalah

Di artikel ini akan kita terapkan kerangka kerja “5 Whys”. Pada kerangka kerja ini, kita akan menanyakan “Mengapa hal itu terjadi ?” sebanyak lima kali berturut-turut. Harapannya, setelah menjawab lima pertanyaan “mengapa” tersebut, kita bisa lebih mengerti penyebab sebenarnya yang terkadang tidak terlihat di permukaan.

Mengapa umumnya pelajar mengeluh bahwa pembelajaran daring melelahkan ?

Berdasar pengalaman pribadi dan hasil diskusi dengan teman-teman lain, pelajar merasa lelah karena metode yang digunakan monoton, tidak banyak variasi yang didapatkan. Sebagian juga memiliki short attention span. Memang betul, tidak ada angka baku berapa batas maksimum durasi sebuah pertemuan. Namun, banyak yang menyarankan bahwa sebuah pertemuan diadakan tidak lebih dari 30 menit berturut-turut. Yang sering kita temui, sebuah kelas diadakan jauh melebihi 30 menit. Dan di antara satu kelas ke kelas selanjutnya, jarang diselingi waktu istirahat yang cukup.

Mengapa teman-teman merasa metode yang digunakan saat ini monoton ?

Banyak yang merasa, metode yang digunakan itu-itu saja. Kebanyakan mengikuti template berikut: menonton video sebelum kelas, datang ke kelas, lalu mengerjakan tugas setelah kelas. Menurut pandangan saya, metode ini tidak sepenuhnya salah. Menonton video sebelum kelas akan memberikan siswa bekal untuk berdiskusi di kelas. Tugas yang diberikan setelah kelas juga untuk memastikan ketersampaian materi. Tetapi, banyak cara yang dapat digunakan untuk memberikan siswa bekal sebelum datang ke kelas, contohnya bacaan, siniar, dan lain sebagainya. Banyak pula cara untuk memastikan bahwa siswa paham dengan materi yang diberikan selain dengan memberikan mereka tugas, contoh : kuis kecil setiap selesai menjelaskan sub-topik, tanya jawab secara acak, dan lain sebagainya. Pada intinya, variasi metode yang digunakan adalah yang menjadi perhatian di antara para pelajar.

Bukannya itu sudah baik ? Mengapa kebanyakan tidak suka dengan metode tersebut ?

Selain variasi metode yang mungkin belum diterapkan, beberapa penerapan metode tersebut juga terkesan kurang melibatkan siswa. Selama ini, siswa mendapat pengetahuan setelah diberitahu pengajar. Entah melalui penjelasan di kelas, video pembelajaran, teks, atau apapun itu. Andai saja siswa mendapat pengetahuan dari penemuannya sendiri dan pengajar menjadi fasilitatornya, keterlibatan siswa akan meningkat drastis. Siswa tidak bisa diam saja, ia harus berpikir untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Beberapa alat sudah memfasilitasi metode ini, seperti LKS (Lembar Kerja Siswa) juga media interaktif nearpod. Absennya penggunaan alat-alat inilah yang mungkin menurunkan keterlibatan siswa.

Mengapa metode yang saat ini digunakan kurang melibatkan siswa ?

Selain dari sisi metode dan alat yang tidak mendukung tingginya keterlibatan siswa, rendahnya partisipasi siswa juga mungkin disebabkan oleh siswa itu sendiri. Hal ini tidak serta merta disebabkan oleh kemalasan siswa. Mungkin saja, di awal kelas ada miskonsepsi antara pengajar dan siswa. Pengajar menganggap siswa sudah paham tentang X, namun kenyatannya siswa belum paham. Hal simpel seperti itu juga memiliki kemungkinan menjadi penyebab rendahnya partisipasi siswa di kelas.

Mengapa siswa memiliki inisiatif yang rendah dalam berpartisipasi di kelas ?

Untuk pertanyaan ini, akan ada segudang faktor yang akan berpengaruh. Salah satu faktor yang belum dibahas pada artikel ini adalah motivasi internal siswa itu sendiri. Keadaan siswa yang tidak tertarik dengan materi yang disampaikan, atau mungkin siswa yang sedang lelah dan bosan. Sebenarnya, sampai saat ini kita belum bisa simpulkan apakah kelelahan dan kebosanan siswa menyebabkan suasana kelas yang pasif, atau suasana kelas yang pasif yang membuat siswa lelah dan bosan. Kita tidak tahu mana penyebab mana akibat, tetapi yang jelas dua hal tersebut saling berkorealsi satu sama lain.

Usulan solusi

Setelah membaca uraian mencari akar masalah di atas, dapat diusulkan beberapa solusi yang mungkin bisa membantu untuk memperbaiki suasana belajar di kelas sehingga membantu siswa mengatasi kelelahan dan kebosanannya.

  1. Digunakannya metode atau alat pembelajaran yang interaktif sehingga siswa tidak hanya diam, namun juga ikut berpikir. Karena siswa belajar bukan ketika diterangkan, tetapi ketika ada proses berpikir yang berjalan di kepalanya.
  2. Memvariasi metode dan alat yang digunakan. Tujuan utama proses pembelajaran pasti sama, yaitu menanamkan pengetahuan baru. Tentunya tujuan tersebut dapat diraih melalui berbagai cara, penggunaan cara yang itu-itu saja dapat memperburuk suasana pembelajaran di kelas.
  3. Terlepas dari solusi yang dapat dilakukan oleh pengajar, siswa juga harus sadar bahwa dirinya merupakan bagian dari proses pembelajaran itu sendiri. Jika ia ingin suasana pembelajaran aktif dan menyenangkan, maka mulailah dari diri sendiri. Siswa juga menjadi salah satu komponen yang menentukan suasana kelas akan menjadi menyenangkan atau membosankan. Berhenti menyalahkan pengajar, mulai perbaikan itu dari diri siswa sendiri.

Penutup

Masalah kebosanan dan kelelahan siswa dalam pembelajaran daring merupakan masalah yang kompleks. Sampai pembahasan di titik ini, belum bisa disimpulkan satu penyebab utama permasalahan tersebut. Belum bisa disimpulkan apakah pasifnya kelas dan monotonnya materi yang diberikan yang menyebabkan bosan dan lelahnys siswa di kelas atau sebaliknya. Sehingga solusi yang mungkin memperbaiki suasana pembelajaran di kelas diusulkan dari dua arah. Pertama, dari para pengajar agar menggunakan metode dan alat yang interaktif serta variatif. Kedua, dari para siswa itu sendiri. Mengingat, mereka juga mengambil peran dalam menentukan suasana belajar di kelasnya. Sebagai penutup, suatu masalah yang kompleks jarang sekali memiliki satu penyebab. Biasanya, masalah tersebut terdiri atas berbagai penyebab yang tumpang tindih satu sama lain. Sehingga, berhenti lah menyalahkan satu pihak dan mulai perbaiki masalah tersebut dari diri Anda sendiri. Mulai lah dari diri Anda.

--

--